#DibalikCerita: Nike Cortez.

Gilang Indana
7 min readJul 6, 2020

--

Source: https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/

Nike Cortez adalah salah satu sepatu yang terkenal dalam sepanjang sejarah sejak pertama dikenalkan kepada khalayak luas. Hingga saat ini, Nike Cortez merupakan sepatu atau sneakers yang cukup laku di pasaran, hingga saat ini Nike Cortez hampir selalu ditemukan di toko-toko online yang menjual sneakers dan harganya pun cukup terjangkau untuk skala sneakers import pada umunya yaitu sekitar 800–900 ribu-an untuk model Nike Cortez Classic yang standard, apabila Model Nike Cortez Classic yang berkolaborasi dengan seseorang atau rilisan edisi spesial mungkin harganya bisa diatas 1 juta-an bahkan lebih.

Nike Cortez ini pertama kali dirancang oleh co-founder dari Nike.inc yaitu Bill Bowerman. Bill mulai merancang design Cortez ini dari tahun 1960-an lalu difinalisasi rancangannya pada tahun 1968. Nike Cortez pertama kali diperkenalkan pada publik di Olimpiade Musim Panas tahun 1972 di Amerika Serikat. Pada saat itu awalnya Nike Cortez diperkenalkan sebagai sepatu lari yang digunakan oleh para atlit olympics Amerika Serikat, sepatu tersebut langsung dideskripsikan sebagai “the most comfortable shoe ever” oleh atlit-atlit yang menggunakannya. Bill Bowerman yang melatar-belakangi suksesnya Nike Cortez pada saat itu, merupakan seorang pelatih track and field untuk University of Oregon, oleh sebab itu ia mulai merancang sepatu performance yang cocok digunakan oleh para atlit olympics khususnya pelari pada saat itu.

Bill Bowerman saat memproduksi Nike Cortez. Source: https://www.urbanathletics.com.ph/blogs/sneaker-archive/history-of-the-nike-cortez

Tapi, sebelum Nike Cortez resmi diperkenalkan pada publik pada Olimpiade Musim Panas tahun 1972, Bill Bowerman pada tahun 60-an bekerja sama dengan salah satu produsen sepatu asal Jepang yaitu Onitsuka Tiger, mereka berusaha mengembangkan sebuah sepatu lari yang istilahnya dapat bekerja dengan baik melalui bagian mid-sole yang aerodinamis, lalu memiliki busa pada mid-solenya serta out-sole yang bermotif herringbone. Singkat cerita jadilah sepatu tersebut dengan nama articleTG-24/Shoe designed by Bill Bowerman w/Mexico Line”, Bill memesan 300 pasang dari sepatu tersebut untuk dijual ke Amerika Serikat dan sepatu tersebut menjadi best-selling shoe pada tahun itu.

Sepatu yang dirancang oleh Bill Bowerman dengan Onitsuka Tiger. Source: https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/

Sebelum Nike didirikan, Bill Bowerman dan rekannya Phil Knight mengelola sebuah perusahaan yang berbasis di Oregon, perusahaan tersebut bernama Blue Ribbon Sports (BRS). Pada saat dibuka pada tahun 1964, BRS mengimpor performance shoes dari Jepang ke Amerika Serikat dan langsung menemukan pasarnya saat itu dalam culture olahraga lari. Lalu, pada tahun 1967, Bill mengganti nama sepatu yang ia jual di pasaran menjadi “Mexico” agar lebih ramah didengar.

Pada saat Olimpiade akan digelar pada tahun 1968, tim dari BRS dan Onitsuka Tiger ingin sebuah nama sepatu yang lebih mencolok, “Aztec” saat itu menjadi salah satu pilihan nama untuk sepatu itu mengingat sejarah kekaisaran Aztec dan sejarah Meksiko kuno. Namun, pada tahun itu juga perusahaan sepatu asal Jerman, Adidas mengirim surat kepada perusahaan tersebut dikarenakan nama “Aztec” dianggap terlalu mendekati nama sepatu lari Adidas pada saat itu yaitu “Azteca Gold”. Hal tersebut membuat Bill harus memutar otak, pada saat itu BRS memfokuskan perhatiannya pada nama “Cortez”. Nama itu dipilih atas filosofi seorang penakluk bernama Hernán Cortés yang mengalahkan kekaisaran Aztec, Bill sengaja menaruh sarkas di nama tersebut seolah-olah nantinya “Cortez” akan mengalahkan “Aztec”, dan benar saja TG-24 “Cortez” saat itu langsung menjadi bestseller.

Selain memfokuskan sepatu tersebut pada atlit, Cortez juga memberi catatan dengan gerakan berlari santai atau disebut jogging. Dan, Cortez juga keren saat digunakan sebagai sepatu lifestyle. Sepatu tersebut menjadi sepatu terlaris dalam sejarah BRS dan Onitsuka Tiger. Tetapi dibalik itu semua terdapat sebuah masalah yang mulai muncul.

Pada tanggal 30 Mei 1971, Bill Bowerman dan Phil Knight resmi mengubah nama perusahaan mereka menjadi Nike.inc yang terinspirasi dari salah satu dewi dari Yunani. Dan, saat itu juga mereka memperkenalkan article sepatu mereka sendiri dengan nama “Nike Cortez”, yang juga memulai perselisihan dengan Onitsuka Tiger selama satu tahun tentang siapa yang mendapatkan hak atas nama “Cortez”. Namun, kedua perusahaan tersebut tetap terus menjual sepatu dengan desain serupa dengan nama Cortez, sampai pada tahun 1974 pihak pengadilan memutuskan bahwa pihak Nike-lah yang mendapat hak atas nama tersebut. Dengan hal tersebut, Onitsuka Tiger harus mengganti nama sepatunya menjadi “Tiger Corsair” dan sepatu tersebut masih populer hingga saat ini.

Sepatu “Tiger Corsair” edisi tahun 1969. Source: https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/

Namun, sebelum itu pada tahun 1973, Nike sudah merilis tiga article sepatunya, yaitu The Marathon, Obori (atau yang lebih dikenal dengan “Boston”) dan Cortez pada pameran National Sporting Goods Association (NSGA) di Chicago. Saat itu juga, Nike mendapat brand ambassador pertamanya yaitu dengan Steve Prefontaine dan memperkenalkan “Swoosh” atau bagian ‘centang’ pada sepatu untuk desain sepatunya. Desain “Swoosh” dirancang oleh seorang siswa bernama Carolyn Davidson, akhirnya desain tersebut digunakan untuk menghiasi Cortez edisi Leather-nya.

Karena tekad untuk menjadi sepatu lari te-ringan sepanjang masa, Bill mengganti bagian atas sepatu yang awalnya bahan leather lalu menggantinya dengan bahan nilon agar lebih ringan. Setelah dibranding dengan label “sepatu lari paling ringan di dunia”, Nike Nylon Cortez sangat populer pada saat itu khususnya dengan colorway putih klasik dan colorway biru.

Nike Nylon Cortez dengan colorway biru. Source: https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/

Nike Cortez juga mengeluarkan sepatu versi perempuannya, sepatu itu diberi label sebagai “Senorita Cortez”, Senorita Cortez mulai populer semenjak dikenakan oleh salah satu artis kenamaan yaitu Sarah Fawcett, dalam salah satu serial TV-nya yaitu Charlie Angels pada episode “Consenting Adults”, ia mengenakan Senorita Cortez didalam salah satu scene saat ia mengendarai sebuah skateboard, dan dari situlah penjualan Senorita Cortez ini mulai naik pesat.

Sarah Fawcett saat mengenakan “Senorita Cortez” pada salah satu serial TV-nya. Source: https://id.pinterest.com/featherlingx/nike-cortez/

Nike Cortez juga mulai merambah ke budaya pop, tepatnya pada tahun 1980-an saat penyanyi Elton John bekerja sama dengan Nike lalu menghasilkan article sepatu Nike Cortez Roadrunner Mix. Selain itu, ada saat dimana Elton John menggelar sebuah konser lalu penghasilan konser tersebut dengan jumlah $16.000 ia menukar hasil tersebut dengan merchandise Nike, ia mendedikasikan sebuah lagu sebuah di salah satu konsernya bertajuk “good friends at Nike”, lalu ia menempatkan kakinya yang menggunakan sepatu Cortez diatas piano yang ia mainkan dan saat itu juga Cortez mulai merambah ke budaya pop.

Elton John saat menggunakan Cortez pada salah satu konsernya. Source: https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/

Pada dekade yang sama, Nike Cortez juga mulai merambah ke budaya hip-hop, munculnya rapper gangster dari Los Angeles mendorong nama Cortez melalui scene “Dopeman’s Nikes” yang berawal dari lagu rapper kenamaan NWA pada 1987 “Dopeman”. Di dalam lagu tersebut di jelaskan bagaimana Cortez digunakan untuk membedakan identitas gangster satu dan lainnya dengan corak warna Cortez tersebut.

Puncak dari meledaknya ketenaran Nike Cortez yang akhirnya dikenal oleh publik sedunia adalah saat digunakan oleh Tom Hanks dalam film Forrest Gump pada tahun 1994. Sebab, dari salah satu scene dimana kekasih Forrest yaitu Jennie memberi hadiah kepada Forrest berupa sepatu Nike Cortez, lalu sepatu tersebut digunakan oleh Forrest untuk berlari keliling Amerika Serikat selama tiga tahun sebagai bentuk pelarian dirinya saat ditinggal oleh kekasihnya, Jennie. Menurut para pakar, itu adalah salah satu product placement terbaik yang pernah ada dalam sebuah film, sebab dari film itu penjualan Nike Cortez melonjak dengan pesat bahkan hingga zaman sekarang masih banyak dipakai oleh berbagai kalangan. Sebab, dari film tersebut article Nike Cortez dengan colorway putih, merah, dan biru menjadi ikonik dan melekat pada film Forrest Gump dan selalu diburu oleh para pecinta sneakers.

Jennie saat memberi hadiah kepada Forrest, pada salah satu scene film Forrest Gump (1994). Source: https://id.pinterest.com/pin/446911962993144315/

Setelah itu pada tahun 2000-an hingga saat ini Nike Cortez banyak melakukan kolaborasi dengan para seniman, ataupun tokoh-tokoh yang terkenal untuk tetap menjaga pasarnya. Selain kolaborasi, Nike Cortez juga merilis beberapa rilisan spesial seperti 40th dan 45th Anniversary of Nike, lalu Cortez Los Angeles Edition, dan masih banyak lain-lainnya. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa Nike Cortez sudah menjadi salah satu culture atau tradisi bagi beberapa aspek yang ada, sejak dari awal hanya menjadi sepatu lari, lalu mulai merambah ke dunia musik, lalu dunia hip-hop hingga masuk ke perfilman, hal ini menunjukkan bahwa Nike Cortez sudah menjadi bagian dari berkembangnya budaya-budaya tersebut.

Sekian dulu ya rek yang aku bisa sampaikan, terima kasih sudah mau membaca dan mampir, semoga berkesan.

Daftar Pustaka:

Vogel, Dirks. (2017). “History Check — 45 Years of Nike Cortez”. https://sneakers-magazine.com/history-check-45-years-of-nike-cortez/.

Urban Athletics. (2019). “History of the Nike Cortez”. https://www.urbanathletics.com.ph/blogs/sneaker-archive/history-of-the-nike-cortez.

--

--

No responses yet